Niat Dalam Perbuatan



Mengikuti sebuah kajian islam di pagi hari, merupakan salah satu hal yang paling fenomenal bagi saya. Bukan kebiasaan saya melakukan hal tersebut. Awalnya hanya bermaksud untuk datang, dan melakukan aktivitas pagi dengan sesuatu yang berbeda. Namun apa yang saya dapatkan di pagi itu, luar biasa..  

Berikut akan saya coba ringkaskan beberapa poin yang semoga bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama, khususnya bagi saya pribadi..


Manusia hidup untuk melakukan sesuatu. Setiap perbuatan yang dilakukan berdasarkan pada sebuah niat. Mari kita coba refleksikan apa yang mendasari setiap perbuatan kita, dengan melihat isi dari hadist berikut,


Diriwayatkan dari Amir al-Mukminin (pemimpin kaum beriman) Abu Hafsh Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau mengatakan : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.” (HR. Bukhari)


Berdasarkan hadist di atas, niat merupakan salah satu bagian terpenting agar amal dari perbuatan tersebut diterima Allah SWT. Seperti yang dikatakan oleh penceramah kala itu bahwa ada 3 golongan orang yang “tersandung” ketika beribadah, yaitu:


Orang yang bacaan maupun hafalan alquran nya bagus namun niatnya karena ingin dipandang bagus oleh manusia, orang yang berjihad karena igin dipandang orang lain sebagai pembela jalan Allah SWT, serta orang yang mendermakan hartanya karena ingin disebut sebagai orang yang dermawan.


Pada dasarnya pahala yang dijanjikan untuk amalan di atas luar biasa besar. Namun dengan niat yang tidak karena Allah SWT, justru bisa melunturkan semua pahala yang seharusnya didapat. Ibadah yang kita lakukan harusnya ditujukan hanya untuk Allah semata. Namun dalam kenyataannya ada 3 kemungkinan dalam berniat:


untuk Allah semata
untuk Allah dan selain Allah
untuk selain Allah


Mari kita renungkan apa yang sudah  kita kerjakan. Sekecil apapun itu, apabila niatnya lillahita’ala maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.


“Mari kita jaga dan berusaha untuk ikhlas dalam berbuat...
 Meski hanya kecil...
 Meski ikhlas itu terasa mustahil...”

Ikhlas itu berbeda dengan ridho. Ikhlas pada dasarnya hanya untuk Allah SWT, sedangkan ridho bisa dikatakan sebagai wujud mengiyakan apa yang sudah terlanjur terjadi.


“Eksistensi adalah hal paling dekat terhadap niat ingin dipuji dan diakui. Luruskan niat sedari awal, dan tetapkan lah.!”


Semoga bermanfaat..